MAKALAH ORGANISASI SOSIAL DAN KEPEMIMPINAN
“GAYA KEPEMIMPINAN SITUSIONAL”
ANASTASIA BR DEPARI 05111001081
ATALIA SEMBIRING 05111001096
ISYURA E 05111001058
LAURA E SIJABAT 05111001086
REBEKA S M TARIGAN 05111001082
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
& menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk.
Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik,
kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling
tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan
dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.
Dalam kehidupan ini, semua orang adalah pemimpin terhadap
dirinya sendiri. Jadi semua orang memiliki jiwa kepemimpinan dalam dirinya.
Tetapi kepemimpinan yang seperti apakah yang mereka miliki. Sulit untuk di
ketahui gaya kepemimpinan apa yang kita miliki. Ada beberap teori kepemimpinan
yang di ketahui antara lain, kepemimpinan karismatik, transpormasional,
situasional, transaksional, dan lain-lain.
Dalam suatu perusahaan pemimpin sangat berperan aktif dalam
terwujudnya suatu tujuan dari perusahaan tersebut tanpa adanya suatu pemimpin
yang mampu mengkoordinasi setiap kegiatan yang akan dilakukan, setiap tujuan
tidak akan dapat dicapai secara maksimal. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya.
Menurut Pancasila Pemimpin harus bersikap
sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan
kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
a. Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
b. Ing Madya
Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
c. Tut Wuri
Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi
tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak
berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis
simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dari makalah yaitu untuk mengetahui pengertian dari kepemimpinan situasional
serta mengetahui prinsip-prinsipnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kepemimpinan
Ada
beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yaitu :
a. Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang untuk menguasai ataumempengaruhi orang lain atau
masyarakat yang saling berbeda-beda menuju kepada pencapaiaan tujuan tertentu
(Arep & Tanjung, 2002:235).
b. Kepemimpinan
adalah suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin, yang
tergantung dari macam-macam faktor, baik faktorfaktor internal maupun
faktor-faktor eksternal (Winardi, 2000:47).
c. Kepemimpinan
adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuanmempengaruhi prilaku orang
lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Sutarto, 2001 : 25).
Berdasarkan defenisi-defenisi di atas
maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Kepemimpinan Situasional adalah Gaya
kepemimpinan yang selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
organisasi, serta bersifat fleksibel dalam menyesuaikan/beradaptasi dengan
kematangan bawahan dan lingkungan kerja.
Kepemimpinan
situasional didasarkan pada saling pengaruh antara :
1.
Sejumlah petunjuk dari pengarahan (prilaku tugas yang pemimpin berikan)
2.
Sejumlah pendukung emosional (prilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3.
Tingkat kesiapsiagaan (kematangan) yang para bawahan tunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau
sasaran.
B.
Teori
Kepemimpinan Situasional
Adapun beberapa dari teori kepemimpinan
situasional yaitu :
1. TEORI CONTIGENSI (CONTIGENSY MODEL)
Studi
kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara
karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel
situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang
berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan
kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek
keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah
laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Model
kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model
tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja
kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan
kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan
ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor
tersebut yaitu :
a. Hubungan antara pemimpin dan
bawahan (leader-member relations)
b. struktur tugas (the task
structure)
c. kekuatan posisi (position power)
2. TEORI
VROOM DAN YETTON
Salah satu tugas
utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena
keputusan-keputusan yg dilakukan para pemimpin sering kali sangat berdampak
kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas
pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan
keberhasilan yang melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu
membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding
dengan mereka yang tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam mengambil
keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya.
3. TEORI
PATH-GOAL
Model path-goal
menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan
tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat
mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan
antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal
attractiveness).
Individu akan memperoleh kepuasan
dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi
yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model
path-goal juga mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang
membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi.
Model path-goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
a. Fungsi
Pertama; adalah memberi kejelasan alur. Maksudnya, seorang pemimpin harus mampu
membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja yang diperlukan di
dalam menyelesaikan tugasnya.
b. Fungsi
Kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberi
dukungan dan perhatian terhadap kebutuhan pribadi mereka.
Teori Path-Goal, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu :
Teori Path-Goal, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu :
1. Supportive
leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan
menciptakan iklim kerja yang bersahabat).
2. Directive
leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur
dan petunjuk yang ada).
3. Participative
leadership(konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan)
4. Achievement-oriented
leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya
kinerja yang memuaskan).
Teori Path-Goal,
dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah
karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi
seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan
kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam
memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum
dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif
antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak
kepemimpinan, dengan fokus utama faktor situasi atau keadaan sebagai variable
penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas – tugas
kepemimpinan di lembaga pendidikan secara efektif dan efisien.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
2. Kepemimpinan
Situasional adalah gaya kepemimpinan yang selalu berusaha menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi organisasi, serta bersifat fleksibel dalam
menyesuaikan/beradaptasi dengan kematangan bawahan dan lingkungan kerja.
3. Model kontingensi
beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok
tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian
situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.
4. Model
path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan
melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan
sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan.
B.
Saran
1. Sebaiknya dalam gaya kepemimpinan situsional,pemimpin
harus dengan cepat ,mengetahui sifat bawahannya atau organisasinya sehingga
dapat dengan cepat menyesuaikan diri
2. Gaya kepemimpinan situsional harus kita tiru agar dapat
memimpin dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
http://mygreenworld.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/16/kepemimpinan-yang-efektif-studi-kasus-sri-mulyani-indrawati/#comment-320
http://teknikkepemimpinan.blogspot.com)
http://www.scribd.com/doc/15885060/Teori-Kepemimpinan
http://teknikkepemimpinan.blogspot.com)
http://www.scribd.com/doc/15885060/Teori-Kepemimpinan